PENGOBATAN HERBAL HIV AIDS dengan JHP :: Front Page ::
Logo Perusahaan jamu
Ikon about Javanessia produsen Java Herbal Pill ( Jamu Untuk HIV ) Menu Beli Jamu untuk HIV Menu Kontak Javanessia
Logo Perusahaan Javanessia Nama Produk Java Herbal Pill
Keanekaragaman Hayati Indonesia Terbesar di Dunia Potensi obat-obatan herbal untuk HIV dan penyakit lainnya ditemukan di Indonesia


Sample of Java Herbal Pill Package
one package include 4 bottles of JHP,
and each bottle consist 315 pills.



Sample of a dried ingredient form of
Java Herbal Pill.

After a well mix with all other ingredients, together with Beta Vulgaris Fructus binding all JHP components into a pill form.


 

ABOUT JAVANESSIA
Founder
CEO Javanessia SarahSchool :
Polytechnic of Bandung Institute of Technology, Accounting Faculty
Bandung Institute of Technology, Industrial Design Programme, Industrial Design Faculty.

Profession History :
- Consultant at PT. Naga Corigo Kencana, Pulogadung, Jakarta - Indonesia.
- Designer at Information Technology Company PT. Eneren Total Solution, Bandung.
- Art Director at Architecture Company PT. Tiga Reka Persada, Explore Div, Indonesia.
- Founder of PT. Javanessia, Bandung - Indonesia



ABOUT FOUNDER OF JAVA HERBAL PILL FORMULA

Tentang Penemu Formula Java Herbal Pill : Yulius Fredrick T.
Yulius Fredrick been focused on researching herbal medicines for more than 30 years



Fokus Yulius Frederick pada riset dan penelitian terhadap pengobatan herbal di Indonesia telah ia lakukan lebih dari 30 tahun. Bermula dari
mengikuti perjalanan ayahnya yang adalah seorang guru militer pasukan Belanda (KNIL) menembus hutan-hutan pulau jawa (dari jawa barat hingga jawa timur). Ia dan Ibunya mengikuti rombongan pasukan namun tinggal di desa sekitar pasukan yang berkemah. Jackob Mateus, ayah dari Yulius lahir pada tahun 1898, berprofesi sebagai polisi lalu lintas Belanda mulai umur 14 tahun, dan berkarier sebagai militer belanda sekitar tahun 1918. Yakob Mateus memiliki ketekunan, keseriusan dan daya juang yang tinggi sehingga memperoleh kepercayaan pemerintah Belanda saat itu untuk mendidik pasukan baru yang baru datang dari Belanda. Namun saat Indonesia merdeka ia lebih memilih menjadi guru militer TRI (Tentara Rakyat Indonesia) yang saat itu minim guru, karena semua posisi penting dari pemerintahan Belanda ditarik dari Indonesia.

Mengikuti jejak sang ayah dalam arti harafiah, benar-benar dinikmati oleh seorang Yulius muda. Ia menguasai Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa Belanda, Bahasa Ambon dan Mandarin semuanya dengan sangat baik dan bukan bahasa yang setengah-setengah, ia berbicara dengan pemilihan kata yang sangat halus. Kemampuan tersebut muncul sebagai akibat pertemuan dengan berbagai macam orang di berbagai macam tempat dalam hidupnya. Pertukaran pengetahuan dan pengalaman pun terjadi.

Julius memperoleh fasilitas masuk sekolah Belanda di Bandung, bersama dengan anak-anak Belanda, ia menerima fasilitas sekolah pada jaman susah karena karier sang ayah di Militer Belanda yang sangat baik. Sehingga sang ayah memperoleh gelar kehormatan dari Ratu Belanda Wilhemina, pada masanya.

Tidak disia-siakan oleh Yulius Fredrick, ia pun menikmati masa-masa sekolah dengan bule-bule Belanda dimasa penjajahan, dimana saat itu merupakan sebuah anugerah jika rakyat pribumi bisa menikmati bangku sekolah dengan guru-guru asing berbahasa pengantar asing pula (Belanda). Ia bercerita bagaimana saat itu ia pergi-pulang sekolah dengan sudah menggunakan sepatu roda. Namun tidak bisa sampai rumah menggunakannya, karena jalannya tidak semua bagus jadi hanya bisa digunakan dibeberapa jalan saja menuju sekolah. Maklum saat itu jalanan di Indonesia tidak semuanya kena aspal. Ia pulang pergi sekolah dengan kedua kakaknya yang lebih tua : Nelly (perempuan) dan Hengky (laki-laki). Kakaknya yang Perempuan saat ini (2020) masih tinggal di kota Leiden - Netherlands. mengatakan bahwa setiap pulang sekolah mereka bertiga: Nelly-Hengky-Yulius, selalu berhenti di sebuah jembatan kecil hanya untuk merendam kaki untuk kemudian melanjutkan perjalanan pulang. (Mereka sekolah sampai pukul 3, sama dengan jadwal sekolah di Belanda saat itu dimana sekolah mulai 7:00 pagi sampai 15:00).

Dedikasi, disiplin, kerja keras, menjadi pegangan orang-orang dimasa itu. saat itu di Bandung juga sudah banyak bangunan Belanda didirikan. ITB yang kala itu masih bernama Bandoeng Hooge School sudah berdiri, sekolah di jalan Belitung dan Sumatera sudah berdiri, untuk sisi bisnis Hotel Homan, Preanger, Stasiun Kereta Api, sistem tram serta jalan Braga sudah berdiri. Sangat banyak energi positif untuk membangun pada masa itu.

Tahun 1967 kapal telah disediakan oleh Pemerintah Kerajaan Belanda, surat panggilan dengan simbol kerajaan Belanda tertanda Ratu Belanda Wilhemina sudah berada ditangan sang Ayah. Namun sang ayah Yakob Matius menolak untuk berangkat bersama seluruh keluarga ke Belanda.
Karena sudah ada rencana menantang untuk negara yang segera mencapai kemerdekaannya, yaitu sebagai Guru Militer TRI dan Pasukan strategis Siliwangi pertama di Jawa Barat. Hal ini nampaknya akan menyebabkan Yulius mulai petualangannya yang terputus karena ia wajib sekolah Belanda. Kali ini ibunya Antje Sarah memilih untuk tidak ikut suami, ia tinggal di Bandung di jalan Riau (RE. Marthadinata). Kakak Perempuan tertuanya Nelly justru ke Belanda, karena saat itu ia sudah menikah dengan seorang militer Belanda Straathoff.

Perjalanan melalui desa dan hutan di pulau jawa kali ini lebih unik bagi Yulius yang pergi tanpa Ibunya. dan Ia tinggal dengan penduduk sekitar. rata-rata tempat ia tinggal adalah orang-orang tua yang sudah tinggal sendiri. Dan umumnya pekerjaan mereka yang menerima Yulius muda adalah tabib desa, Yulius membantu para tabib di desa-desa tersebut untuk menanam tanaman obat, atau mengambil bahan-bahan yang tidak mudah didapat dari hutan, serta bahan-bahan lain yang dikenal sebagai tanaman obat sejak Indonesia belum mengenal obat-obatan kimia sintetik. Kemudian ia membantu meraciknya untuk penduduk sekitar yang sakit. Tiap tabib yang ia bantu memiliki kemampuan berbeda-beda, resep berbeda-beda. Sehingga segala pengetahuan tanaman obat terakumulasi pada dirinya. Para tabib tersebut tidak dapat meneruskan pada anak-anak mereka sendiri, karena selain sebagian besar tabib tersebut memilih tidak menikah, atau mereka sudah tinggal sendiri tanpa anak.

Yulius Fredrick memiliki guru yaitu tabib-tabib asli Indonesia yang hebat, sabar, dan sederhana. Otomatis kehidupan di kampung dengan para tabib memberikan pengalaman dan nuansa yang sangat lain dari karakter yang ia biasa hadapi sehari-hari yang berasal dari keluarga militer Ambon yang keras. Tabib dari desa-desa tersebut adalah tabib-tabib asli Indonesia yang rata-rata berasal dari desa-desa di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, semuanya menggunakan tanaman obat asli Indonesia atau yang hanya tumbuh di Indonesia.

Ketika salah satu guru yang sudah ia anggap seperti orang tuanya sendiri, dan ia jadikan pegangan seperti pada orang tuanya sendiri, benar-benar sangat ia sayangi, Tabib Ki Putih dari Trenggalek - Jawa Timur, menjadi sangat tua, dan Ki Putih pun meninggal, tabib itu telah berumur lebih dari 100 tahun (tidak ada yang tahu jelasnya umur 100 berapa, karena saat itu belum ada sistem akte kelahiran di desa terpencil). Bukan hanya Yulius, penduduk sekitar yang biasanya meminta bantuan dari tabib Ki Putih juga kehilangan. Saat masih tinggal di rumah Ki Putih itulah, penduduk desa mulai meminta pertolongan pada Yulius. Karena dianggap mengerti apa-apa yang biasa dikerjakan oleh Ki Putih. Maka mulai timbul kepercayaan diri Yulius saat mulai membantu penduduk desa yang membutuhkan tanaman obat. Ia mulai melihat sendiri efek pengobatan pada penduduk desa yang diobati. Ia menjalankan fungsi barunya sebagai tabib muda menggantikan Ki Putih di desa tersebut. di Trenggalek ini ia bertemu dengan Ibu Kristin yang juga memiliki pengetahuan tanaman obat. Sehingga pengetahuan tanaman obat Yulius juga terus bertambah. Ibu Kristin dan anak-anaknya pindah ke Surabaya, dan Yulius kembali ke Bandung. Ayahnya Yakob Mateus juga kembali ke Bandung.

Tahun 1973, Ia mendapat surat dari semacam kepala desa, bahwa Ibu Kristin telah meninggal dan meninggalkan anak-anak tanpa orang tua. Pada perjalanan menuju Surabaya, Yulius berhenti di kota Tegal - Lalu ke Tanah Putih di Semarang dan untuk pertama kalinya ia bertemu dengan seorang gadis di kota itu (Semarang) bernama Laksmi. Setelah menyelesaikan urusan di Surabaya untuk menerima anak-anak Ibu Kristin, ia kembali ke Semarang menikah dengan Laksmi dan langsung ke Bandung pada tahun yang sama 1973. Setelah menikah dengan Laksmi Ia menetap dengan anak-anaknya di rumah Ibu dari Yulius bernama Antje Sarah Hatumessen, ia adalah seorang putri keturunan bangsawan Portugis, Antje Sarah membeli rumah sendiri di Bandung agar lebih dekat dengan tempat bekerja suaminya Yakob Matius di Pusat Pelatihan Pasukan Infantry Bandung (PPI). Anak-anak dari pernikahan Antje Sarah dengan Yakob Matius semua tinggal di rumah tersebut. Yulius kemudian meneruskan pengobatan herbalnya dengan bantuan seorang keturunan TiongHoa bernama TungTjing pengusaha Badminton merk Merpati. Saat itu, dengan bantuannya, ia memiliki toko dan rumah pengobatan yang dilakukan di Jalan Pandu di rumah kediaman TungTjing. Pengobatan tersebut berjalan sangat baik, Yulius juga mengobati beberapa dokter salah satunya dr. Luhulima untuk penyakit Jantung dan juga mengobati walikota saat itu Bandung bapak Ateng Wahyudi, juga untuk penyakit Jantung. Dan mendapat pasien HIV pertama kali juga di rumah praktek pengobatan jalan Pandu tersebut. Ia kemudian membawa istri dan anak-anaknya untuk keluar dari rumah orang tua, dan memutuskan untuk mulai tinggal sendiri, terpisah dari rumah orang tua.

. . . . . . . . .

Tahun 1989 Ayah Yulius yaitu Yakob Matius Tupanwael, meninggal dunia, demikian juga tak lama setelah itu TungTjing yang menjadi rekan dalam pengobatan herbal juga meninggal dunia. Tempat pengobatan di rumah TungTjing di Jln. Pandu Dalam tidak dilakukan lagi, namun kemudian berdiri toko herbal lain bernama Toko Obat Pandu, dilokasi lain di kota Bandung yang membantu kebutuhan orang Bandung akan tanaman obat hingga sekarang. hanya kemiripan nama.

Tahun 2003, anak dari Yulius dari pernikahannya dengan Laksmi, bernama Sarah Alona, saat itu ia sedang memasuki masa Tugas Akhir di ITB memiliki sebuah pemikiran untuk membantu Yulius ayahnya. Maka sebelum Sarah lulus dari Jurusan Industrial Design ITB, Sarah memutuskan untuk membuatkan rencana bisnis untuk herbal Bapak Yulius. Merancangkan perhitungan pembentukan perusahaan, membuat rencana penelitian Keamanan Produk di Laboratorium Fakultas Farmasi ITB dan untuk registrasi di BPOM. Sarah menghadirkan apoteker bagi herbal ayahnya untuk bekerja di perusahaan yang Ia bangun sendiri. Pengalaman pendidikan Sarah yang dibiayai sekolah oleh Bapak Yulius tidak sia-sia, Ia memperoleh pendidikan Akuntansi dan Perbankan di Politeknik ITB, lalu di Fakultas Desain ITB (Program Studi Desain Produk / Desain Industri). Sehingga banyak bidang yang dikuasai untuk memulai perusahaan, yang dikerjakan tanpa mengeluarkan banyak dana, dan bantuan paling terasa bantuan dari Pak Tutu. Sehingga rencana pendirian badan usaha itu sudah tersebut terwujud pada tahun 2004.

JHP Formula Founder
Yulius Fredrick Tupanwael
Business Owner
Dokter
Apoteker I
Apoteker II
Apoteker III
Sarah Alona
Tupanwael
dr. Yanni Nuraini
Pharmacist I
Aliya Nurhasanah
Pharmacist II
R. Yosila
Pharmacist III
Mashita K.Dewi
Finance & Adm
Secretary
Asisten Apoteker
Asisten Apoteker
Asisten Apoteker
Agung Nugroho
Khairina Widyanti
Pricilia Susan
Andhini Sucianisa
Ahmad Muzakih

Javanessia pindah lokasi sampai dengan 5 kali, sejak berdiri :
- Jln. Sidomukti (2004)
- Jln. Cigadung (2006)
- Jln. Muararajeun Baru (2009)
- Jln. Muararajeun Kulon (2010)
- Jln. Muararajeun Raya (2013)

- Jln. Dago Pakar Resort (2016)

Nomor Register BPOM diperoleh dalam 1 tahun yaitu tahun 2005. Namun tahun 2009 Yulius Fredrick meninggal dunia diusia 73 tahun. Sangat disayangkan karena, Bapak Yulius belum sampai melihat hasil akhir dari Uji Klinis pada 100 orang pasien HIV yang diselenggarakan dalam Javanessia oleh Sarah. Acara tersebut dibuka dan Dihadiri oleh Ketua komisi Penanggulangan AIDS Jawa Barat.

Dengan pengolahan dan ketekunan seperti yang dimiliki oleh Yulius dan ayahnya Yakob Matius serta para tabib yang telah menjadi guru-guru Yulius, terutama Ki Putih, maka pengobatan herbal yang telah sampai pada Yulius ini, harus dapat digunakan untuk menolong lebih banyak orang dengan cara-cara baru yang mungkin tak terbayangkan oleh Yulius atau Ki Putih. Kehadiran herbal ini akan meredakan banyak benturan masalah dimasyarakat akibat ketidaktersediaan obat-obatan tertentu. Hal ini juga menjadi sangat penting, untuk meredakan pemanfaatan orang sakit dari orang yang menjual herbal yang efektifitasnya tidak teruji, yang sangat banyak terjadi antar manusia saat ini, akibat ketidaktersediaanya obat-obatan penting yang dibutuhkan oleh masyarakat dari pemerintah. Sehingga Hal tersebut dimanfaatkan oleh opportunis yang kurang bertanggung jawab akan khasiat obat.

Adapun Uji Laboratorium yang telah dilewati oleh Java Herbal Pill adalah :
- 2004-2004 : Uji Spektrum di Laboratorium Farmasi ITB
- 2004-2004 : Uji Cemaran Mikroba di Laboratorium Farmasi ITB
- 2004-2005 : Uji PraKlinis Keamanan Produk Toksisitas di Laboratorium Farmasi ITB
- 2010-2011 : Uji Klinis Khasiat di Ilonthera bekerjasama dengan Lab Prodia Bandung
. Terhadap 100 orang pasien HIV AIDS yang terkonfirmasi melalui screening AntiHIV

Kami membulatkan tekad, bekerja keras dengan penuh tanggung jawab,
dan mengharapkan hasil yang baik, hanya kepada Tuhan :
"
Semoga maksud-maksud yang kami lakukan ini, dapat menjadi jalan keluar
bagi mereka yang dalam kesesakan dan membutuhkan."
Amin.

 

1 paket Java Herbal Pill sebagai Jamu untuk HIV AIDS
 
 

About HIV
HIV Symptomps
What is AIDS
HIV Test
How do you get HIV
Natural Remedies
Founder of JHP
Staying Healthy with HIV
Latest HIV Research
More Result of JHP User
Interview with HIV Founder
HIV/AIDS Herbal Therapy

Kontak Jamu HIV Java Herbal Pill

SMS / PHONE / WA:

0812-9100.9909
(Admin Karin)


(jam kerja : 9.00 - 17.00 WIB)


.

Artikel 2018
Pengobatan HIV menggunakan Jamu HIV Java Herbal Pill, lebih aman dan tanpa efek samping.
Keamanan produk telah dibuktikan melalui uji Pra Klinis Toksisitas di Laboratorium Departemen Farmasi ITB.

Berapa Biaya Test HIV di Prodia dan Pramita ?
Lengkap dengan tabel harga untuk tes CD4, AntiHIV dan Viral Load.

Belum Siap Melakukan Tes HIV di Laboratorium ?
Anda dapat melakukan tes HIV sendiri dirumah, gunakan self test
kit, 99% akurat, biaya lebih murah.

HIV + Hepatitis bagaikan buah simalakama bagi dunia Medis.
Hepatitis adalah kondisi lever/hati yang rusak akibat penumpukan racun dalam hati. Hal ini membuat ahli medis menolak memberikan pengobatan HIV menggunakan obat kimia sekelas antibiotik keras, karena dapat memperparah kondisi hepar / lever.
Herbal HIV
Apakah Herbal dan Jamu itu sama? Bagaimanakah yang disebut sebagai Herbal HIV ?
Jamu HIV
Apakah Jamu berbeda dengan Herbal? Bagaimanakah yang disebut sebagai Jamu HIV ?

BARU :

Kini memperoleh JHP (Java Herbal Pill)
dapat dicicil hingga 12 bulan,
Tanpa Bunga (atau Bunga 0 %) di :

Beli obat herbal HIV di marketplace Tokopedia

Beli obat herbal HIV di marketplace Bukalapak
Beli obat herbal HIV di marketplace Shopee

 

   
Copyright © 2013 javanessia.com All Rights Reserved